Kamis, 26 November 2015

rekayasa genetika pada ikan zebra (Brachydanio rerio)


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
 “Ikan ini semula dikembangkan untuk membantu menanggulangi polusi lingkungan,” kata Alan Blake dan rekan-rekannya dari Yorktown Technologies, perusahaan yang mendaftarkan ikan tersebut sebagai ikan peliharaan. “Mereka direkayasa agar memancarkan cahaya bila berada di lingkungan yang beracun atau tidak sehat.”
Ikan zebra (Brachydanio rerio) biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam keunguan. Dengan rekayasa genetis, ikan ini dapat memendarkan warna hijau atau merah dari tubuhnya. Warna merah atau hijau yang bersinar itu diambil dari warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur-telur ikan zebra.
Dengan gen ubur-ubur itu, tubuh ikan zebra dapat memancarkan cahaya. Nah, agar bisa digunakan sebagai indikator polusi, maka para peneliti memasukkan gen pemicu yang akan mengaktifkan pancaran cahaya pada ikan bila ikan berada dalam lingkungan yang mengandung zat tertentu.
Menurut Blake, sejauh ini tidak ada bukti bahwa ikan-ikan hasil rekayasa tersebut akan menimbulkan ancaman pada lingkungan. “Ikan-ikan ini hanya akan memancarkan warna terang di bawah segala macam sinar, namun tidak akan mencemari lingkungan.”
Ikan yang kini disebut Glofish ini mulanya dikembangkan oleh Zhiyuan Gong dari National University of Singapore. Menurut Gong, meski saat ini ikan tersebut hanya memiliki dua warna tambahan, namun sebenarnya ia bisa dikembangkan untuk memiliki lima warna berbeda, dimana masing-masing warna akan bersinar sesuai dengan jenis bahan polutan yang dijumpai ikan.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui cara pengolahan dan membantu menciptakan produk organisme baru dari hasil rekayasa genetika.
·         Untuk mengetahui sejauh mana tentang hasil rekayasa genetika.
·         Untuk mengetahui bagaimana teknologi DNA dalam bidang bioteknologi, yakni teknologi rekayasa genetika.


BAB II ISI
2.1. Teknologi Rekayasa Genetika
Ikan zebra (Brachydanio rerio) berfluoresens pertama hasil rekayasa genetika berhasil dikembangkan oleh para ilmuwan untuk mendeteksi adanya polutan, bahkan mulai dipasarkan sebagai binatang peliharaan.”
Cuplikan informasi tersebut hanyalah salah satu contoh bagaimana teknologi DNA telah meluncurkan revolusi dalam bidang bioteknologi, yakni teknologi rekayasa genetika. Keberhasilan ini tentunya membawa angin segar dan kontribusi yang sangat besar, terutama dalam bidang rekayasa genetika ikan dan akuakultur karena selain bermanfaat bagi penelitian dasar juga dapat ditujukan untuk penggunaan komersial.
Rekayasa genetika atau genetic engineering pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang dilakukan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen yang dapat dilakukan dalam satu sel atau organisme, bahkan dari satu organisme ke organisme lain yang berbeda jenisnya. Dalam upaya melakukan rekayasa genetika, para ilmuwan menggunakan teknologi DNA rekombinan. Sementara organisme yang dimanipulasi dengan menggunakan teknik DNA rekombinan disebut genetically modified organisme (GMO) yang memiliki sifat unggul bila dibandingkan dengan organisme asalnya. Seiring dengan kemajuan biologi molekuler sekarang ini memungkinkan ilmuwan untuk mengambil DNA suatu spesies karena DNA mudah diekstraksi dari sel-sel. Kemudian disusunlah suatu konstruksi molekuler yang dapat disimpan di dalam laboratorium. DNA yang telah mengalami penyusunan molekuler dinamakan DNA rekombinan sedangkan gen yang diisolasi dengan metode tersebut dinamakan gen yang diklon.

2.2. Sumber Warna
Informasi lebih lanjut: gen Reporter
Contoh sumber gen protein fluorescent termasuk GFP (Aequorea victoria, ubur-ubur), GFP (Renilla reniformis, banci laut), dsRed (Discosoma, karang jamur), eqFP611 (Entacmaea quadricolor, anemon laut), RTMS5 (Montipora efflorescens, karang berbatu) , dronpa (Simping, piala karang), KFP (Anemonia sulcata, Venus rambut anemon), eosFP (Lobophyllia hemprichii, karang otak terbuka), dan Dendra (Dendronephthya, octocoral).
Pada awal 2014, para ilmuwan mengidentifikasi sekitar 200 spesies alami ikan neon, menunjukkan bahwa sifat fluoresensi tersebar luas di garis ikan.

2.3. Sejarah dan Perkembangan Rekayasa Genetika
Semenjak ditemukannya struktur DNA oleh Watson dan Crick (1953), kemudian mulai berkembanglah teknologi rekayasa genetika pada tahun 1970-an dengan tujuan untuk membantu menciptakan produk dan organisme baru yang bermanfaat. Sejarah membuktikan bahwa teknik rekayasa genetika terus-menerus mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Awal mulanya digunakan teknik konservatif yang dipelopori oleh Gregor Mendel dalam proses perkawinan silang (breeding) untuk mendapatkan bibit unggul yang bersifat hibrid. Proses ini memakan waktu lama dan memiliki kekurangan, yakni muncul sifat yang tak dinginkan dari tanaman atau hewan tetuanya. Sampai akhirnya lahirlah rekayasa genetika modern menggunakan teknologi DNA rekombinan. Rekombinasi dilakukan secara in vitro (di luar sel organisme), sehingga dimungkinkan untuk memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya di antara organisme yang berbeda seperti bakteri, tumbuhan dan hewan ataupun dapat mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam waktu cepat.
Sejak dimulainya perkembangan rekayasa genetika, beberapa teknik terus diperbaiki dan ditingkatkan dalam rangka menuju teknologi DNA rekombinan yang lebih maju. Teknik-teknik yang telah dikembangkan tersebut antara lain:
1.      Poliploidisasi,
2.      Androgenesis
3.      Ginogenesis.
4.      Kloning,
5.      Chimeras, Serta
6.      Transgenik.

Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam melakukan rekayasa genetika atau teknologi DNA rekombinan sebagai berikut:
·         Isolasi DNA yang mengandung gen target atau gen of interest (GOI).
·         Isolasi plasmid DNA bakteri yang akan digunakan sebagai vektor.
·         Manipulasi sekuen DNA melalui penyelipan DNA ke dalam vektor.
(a.) Pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease.
(b.) Penyambungan ke vektor menggunakan DNA ligase.
·         Transformasi ke sel mikroorganisme inang.
·         Pengklonan sel-sel (dan gen asing).
·         Identifikasi sel inang yang mengandung DNA rekombinan yang diinginkan
·         Penyimpanan gen hasil klon dalam perpustakaan DNA.


Rekayasa genetika telah merambah di berbagai bidang, tidak terkecuali bidang perikanan yang menghasilkan ikan kualitas unggul, sebagai contoh antara lain:
Ikan zebra yang biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam keunguan, setelah disisipi dengan gen warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur ikan-ikan zebra maka dapat memendarkan warna hijau atau merah dari tubuhnya. Gen pemicu dari ubur-ubur akan mengaktifkan pancaran cahaya pada ikan bila ikan berada dalam lingkungan yang mengandung bahan polutan tertentu.
Ikan karper transgenik dengan pertumbuhan mencapai tiga kali dari ukuran normalnya karena memiliki gen dari hormon pertumbuhan ikan salmon (rainbow trout) yang ditransfer secara langsung ke dalam telur ikan karper. Begitu pula penelitian lainnya memberikan hasil yang serupa, yakni seperti pada ikan kakap (red sea bream) dan salmon Atlantik yang juga sama-sama disisipi oleh gen growth hormone OPAFPcsGH.
Ikan goldfish yang disisipi dengan ocean pout antifreeze protein gene diharapkan dapat meningkatkan toleransi terhadap cuaca dingin.
Ikan medaka transgenik yang mampu mendeteksi adanya mutasi (terutama yang disebabkan oleh polutan) sangat bermanfaat bagi kehidupan hewan akuatik lainnya dan di bidang kesehatan manusia. Ikan tersebut setelah disisipi dengan vektor bakteriofag mutagenik, kemudian vektor DNA dikeluarkan dan disisipkan ke dalam bakteri pengindikator yang dapat menghitung gen mutan.
Ikan transgenik menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan setelah ditransplantasikan gen tomat. Namun bisa juga sebaliknya apabila penerapan ditujukan untuk dunia pertanian, maka gen ikan yang hidup di daerah dingin dapat dipindahkan ke dalam tomat untuk mengurangi kerusakan akibat dari pembekuan.
Berbagai kontroversi menyelimuti produk-produk hasil rekayasa genetika. Kekhawatiran-kekhawatiran mengenai produk rekayasa genetik yang memiliki kemungkinan bersifat racun, menimbulkan alergi serta terjadi resistensi terhadap bakteri dan antibiotik selalu terjadi dalam masyarakat. Memang DNA rekombinan yang diproduksi dengan cara buatan itu dapat berbahaya jika tidak disimpan secara layak dan tindakan pencegahan yang ketat perlu diterapkan pada pekerjaan semacam ini. Jadi hanya galur-galur non-patogenik yang dipergunakan sebagai inang atau galur-galur lain yang dapat tumbuh dalam kondisi laboratorium. Namun demikian, hal ini tidaklah menyurutkan para saintis untuk terus memperbaiki kualitas penelitian di bidang rekayasa genetika semata-mata adalah demi kemaslahatan bersama. Pada akhirnya, kita harus mempertimbangkan masalah-masalah sosial, etika dan moral ketika teknologi gen menjadi lebih ampuh.

2.4. Perkembangan sejak diperkenalkannya Glofish

Glofish terus berhasil dipasarkan di seluruh Amerika Serikat. Sejak diperkenalkan pada akhir 2003, belum ada laporan dari segala keprihatinan ekologi terkait dengan penjualan mereka.
Selain ikan zebra neon merah, merek dagang "Starfire Red", Yorktown Teknologi merilis ikan zebra neon hijau dan ikan zebra neon oranye-kuning di pertengahan 2006. Pada tahun 2011, ikan zebra neon biru dan ungu dibebaskan. Garis-garis ikan merek dagang "Listrik Hijau", "Sunburst Oranye", "Cosmic Biru", dan "Galactic Purple", dan menggabungkan gen dari karang laut. Pada tahun 2012, Yorktown Teknologi memperkenalkan berbagai baru "Listrik Hijau" Glofish, berasal dari spesies ikan yang berbeda, yang tetra hitam. Hal ini diikuti oleh "Listrik hijau "Barb, yang merupakan berbagai harimau duri. Pada 2013, Yorktown Teknologi memperkenalkan "Sunburst Oranye" Tetra dan "Moonrise pink" Tetra, pertama ikan merah muda neon untuk dipasarkan. Meskipun spekulasi penggemar akuarium bahwa telur tekanan diperlakukan untuk membuat mereka subur, telah ditemukan beberapa Glofish memang subur dan akan mereproduksi dalam lingkungan penangkaran. Namun, Lisensi Glofish Fluorescent Fish menyatakan "Disengaja pembibitan dan / atau dijual, barter, atau perdagangan, setiap keturunan Glofish ikan hias neon sangat dilarang. "
Penjualan atau kepemilikan Glofish tetap ilegal di California karena peraturan yang membatasi ikan semua rekayasa genetika. Peraturan tersebut diterapkan sebelum pemasaran Glofish, sebagian besar karena kekhawatiran tentang tumbuh cepat bioteknologi salmon. Meskipun Komisi Ikan dan Game menolak untuk memberikan pengecualian (semata-mata atas dasar etika) pada bulan Desember 2003, kemudian berbalik arah dan memutuskan untuk bergerak maju dengan proses pembebasan Glofish dari peraturan tersebut. Namun, karena penafsiran Negara dari Kualitas Lingkungan UU California, Yorktown Technologies diberitahu oleh pengacara negara yang pertama kali akan perlu untuk menyelesaikan studi yang bisa menghabiskan biaya ratusan ribu dolar dan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Menurut situs web perusahaan, mereka sejauh ini menolak untuk melakukan studi ini.
Kanada juga melarang impor atau penjualan ikan, karena apa yang mereka laporkan adalah kurangnya informasi yang cukup untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan keselamatan.

Impor, penjualan dan kepemilikan ikan ini tidak diijinkan dalam Uni Eropa. Pada tanggal 9 November 2006, bagaimanapun, 'Kementerian Perumahan Belanda, Tata Ruang dan Lingkungan Hidup (VROM) menemukan 1.400 ikan neon, yang dijual di berbagai toko akuarium.
Pada bulan Januari 2009, US Food & Drug Administration diformalkan rekomendasi mereka untuk hewan rekayasa genetika. rekomendasi tidak mengikat ini menjelaskan cara di mana FDA mengatur semua hewan GM, termasuk Glofish.

Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2014 menilai keamanan lingkungan yang terkait dengan Glofish. Satu kertas menyimpulkan bahwa ada sedikit risiko invasi ke lingkungan. Sebuah studi kedua menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan risiko antara Glofish dan tipe liar danios. 
2.5. Menggunakan eksperimental lainnya
Ikan zebra neon juga telah digunakan untuk penelitian eksperimental lainnya. Para perubahan dalam gen ikan zebra telah memberikan organisme kemampuan untuk berpendar sebagai bio-indikator. Kemampuan genetik ini telah digunakan untuk mendeteksi polusi dan bahankimia lainnya.
Bahan kimia yang meniru estrogen alami memiliki efek terdokumentasi dengan baik pada sistem reproduksi vertebrata, biasanya bertindak sebagai pengganggu endokrin, dan Glofish fluoresensi digunakan untuk mendeteksi tingkat bahan kimia estrogenik. Para peneliti menemukan bahwa otot-otot seperti jantung memiliki lebih besar efek estrogen dari hati. Menggunakan Glofish sehingga dapat memberikan wawasan endokrin mengganggu tindakan kimia.
Sentimen pengecer akuarium terhadap Glofish juga telah digunakan sebagai indikator reaksi publik untuk bioteknologi pertanian controversial

2.6. Perubahan Kesuburan
Glofish telah mengurangi kesuburan dibandingkan dengan spesies, mungkin karena biaya energi yang lebih tinggi terkait dengan fluoresensi, bukan fungsi tubuh lainnya.




BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
rekayasa genetika modern menggunakan teknologi DNA rekombinan. Rekombinasi dilakukan secara in vitro (di luar sel organisme), sehingga dimungkinkan untuk memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya di antara organisme yang berbeda seperti bakteri, tumbuhan dan hewan ataupun dapat mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam waktu cepat.
DNA rekombinan yang diproduksi dengan cara buatan itu dapat berbahaya jika tidak disimpan secara layak dan tindakan pencegahan yang ketat perlu diterapkan pada pekerjaan semacam ini.














Pakan alami ikan hias Moina sp


BAB 1
PENDAHULUAN
1.                  Latar Belakang
Pakan alami sangat diperlukan dalam budidaya ikan dan pembenihan,karena akan menunjang kelangsungan hidup benih ikan. Pada saat telur ikan barumenetas maka setelah makanan cadangan habis, benih ikan membutuhkan pakan yangsesuai dengan ukuran tubuhnya. Pemberianpakan yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kondisi ikan berakibat kualitas air media sangat rendah. Disamping air media cepatkotor dan berbau amis, berakibat pula kematian benih ikan sangat tinggi sampai sekitar 60- 70%.
Dengan bentuk dan ukuran mulut yang kecil, benih ikan sangat cocok diberikanpakan alami. Untuk tahap awal, pakan yang diperlukan adalah pakan alami jenisInfusoria/Paramaecium. Pada tahap selanjutnya sesuai dengan perkembangan ukuranmulut ikan, jenis pakan alami yang cocok diberikan yaitu Moina.
Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapajenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain lnfusoria(Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp.Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalamusus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaanmulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larvaikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan "air susu ibu" bagi larva/benihikan yang dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhandan perkembangannya.
Pakan alami Moina sp dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran hewan kering yang ada di sekitar kita.Di kalangan petani Moina sp dikenal dengan nama "kutu air". Jenis kutu ini mempunyaibentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 - 1,8 mm dan berwarna kemerahan.Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara asexual atauparthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa dibuahi) dan secara sexual(melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu).
Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan teluristirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baikkembali.Moina spmulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anakselama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, denganrata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina sp adalahsekitar 13 hari.
Moina sp biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolamdan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moinaakan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° Cdan pH antara 6,5 - 9.Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina spadalah bakteri. Untukmenangkap mangsa, Moina spakan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yangmenyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut.



2.                  Tujuan
1.      Memberikan pengertian dan pemahamanmengenaiproses kultur Zooplankton utamanya untuk Moina sp.
2.      Memberikan pengertian dan pemahaman cara-cara serta teknik yang digunakan dalam kultur Moina sp mulai dari persiapan media hingga pemanenan.








BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1              Pengertian
Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain lnfusoria (Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp. Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
2.2              Pakan Alami
Ikan hias dan ikan konsumsi merupakan ikan ekonomis penting di Wilayah Jakarta. Di daerah ini, masih banyak dijumpai petani yang mengandalkan usaha ikan hias maupun ikan konsumsi sebagai mata pencaharian utama. Apalagi dengan makin sempitnya lahan pertanian, menyebabkan usaha budidaya dan pembenihan ikan banyak dilakukan di lahan pekarangan.Jenis ikan hias yang banyak dibudidayakan antara lain Oscar, Tetra, Blackghost, Koki dan Cupang. Sedangkan untuk jenis ikan konsumsi terdiri dari Bawal Air Tawar, Gurami, Patin dan Tawes. Saat masih benih, ikan tersebut sangat memerlukan pakan alami/kutu air.Keberadaan pakan alami sangat diperlukan dalam budidaya ikan dan pembenihan, karena akan menunjang kelangsungan hidup benih ikan. Pada saat telur ikan baru menetas maka setelah makanan cadangan habis, benih ikan membutuhkan pakan yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Selama ini petani ikan melakukan pemberian pakan ke benih ikan yang baru menetas dengan kuning telur matang dan susu bubuk. Pemberian pakan seperti ini berakibat kualitas air media sangat rendah. Disamping air media cepat kotor dan berbau amis, berakibat pula kematian benih ikan sangat tinggi sampai sekitar 60 – 70%.
Pakan alami Infusoria dapat dibudidayakan dengan media sayuran, sedangkan pakan alami jenis Moina dan Daphnia dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran hewan kering yang ada di sekitar kita.Kandungan gizi setiap jenis pakan alami berbeda-beda, namun pada umumnya terdiri dari air, protein, lemak, serat kasar dan abu. Kandungan gizi pakan alami Moina danDaphnia dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Kandungan Gizi dan Kegunaan Pakan Alami
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy-sVFu92XnDjNbEJQnB9mEemIEgjYAwHvxQvO7P69El-OVqwH17zXd9HMqwYbUtKVerH3XksKCMWvlSZQR_pQ5QyP1tKqjdzAXRQiSOtZVHB_4zXFCwzUVtLMk3L42LHKV6_Le2TGpb8/s400/8.bmp


1.      Moina sp
Di kalangan petani Moina dikenal dengan nama “kutu air”. Jenis kutu ini mempunyai bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 – 1,8 mm dan berwarna kemerahan.Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara asexual atau parthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa dibuahi) dan secara sexual (melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu). Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan telur istirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik kembali.
Moina mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina adalah sekitar 13 hari.Moina biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C dan pH antara 6,5 – 9. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina adalah bakteri. Untuk menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY3pzcF7dplZf8PWbPxP74Eyq-W0JoYyb9dhM7baZbSYxZgkAybsQS7CXGbE8o2kFqvahsCNCw8z3baf1hnpCif3xkFgzDVpaEdPcC5vWsoYHf4ty96JC_DJBCHX9_6Yvg2k4VRkpgu1s/s400/7.bmp













BAB 3
PEMBAHASAN
3.1              Kultur Moina sp
Wadah untuk kultur moina dan daphnia (kutu air) dapat berupa bak semen, plastik, fiberglas atau kolam tanah yang telah di keringkan.Media untuk kultur moina dan daphnia berupa air tawar yang dicampur potongan jerami sebanyak 0.2 gr/l dan pupuk kandang 0.2 gr/l. Dapat pula ditambahkan bungkil kedelai dengan jumlah yang sama. Media ini diaerasi selama 2 minggu sampai air berwarna coklat.Bibit moina dan daphnia di tebarkan dengan kepadatan 30 ekor per liter. Bibit moina dan daphnia ini dapat diperoleh di perairan atau tempat pembenihan ikan. Jika berhasil, dalam 7 hari moina dan daphnia dapat dipanen.Agar moina dan daphnia tetap melimpah dalam waktu yang lama, lakukan pemupukan ulang. Pemupukan dilakukan kira-kira seminggu sekali sebanyak setengah dari pemupukan pertama.
Tujuan Produksi Pakan Alami :
1.      Menyediakan pakan alami secara massal dan berkesinambungan untuk menunjang usaha pembenihan ikan ekonomis penting.
2.      Meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan melalui pemberian pakan alami hasil.
3.      Budidaya secara massal.
4.      Menekan pengeluaran biaya dan penggunaan tenaga serta waktu dalam penyediaan pakan alarm.
5.      Mencegah penyebaran bibit penyakit dan parasit yang dibawa pakan dari alam.

A.                Bahan yang dbutuhkan
Bak beton / kolam budidaya ukuran 2 x 3 meter, dengan ketinggian 1 meter, pupuk organik, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos (kebutuhan masing-masing 1-1,5kg/m3 air media) kantong waring untuk tempat pupuk dan tali pengikat.
B.                 Pelaksanaan
1.      Isi bak / kolam budidaya dengan air sampai ketinggian minimal 70 – 80 cm, untuk menjaga kestabilan suhu media dan menghindarkan Moina maupun Daphnia dari pengaruh langsung sinar matahari.
2.      Siapkan pupuk kandang, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos dengan dosis masing-masing sebanyak 1 kg/m3 untuk budidaya Moina, sedangkan pada budidaya Daphnia kotoran ayam 1,5 kg/m3 dan kompos 1 kg/m3.
3.      Masukkan pupuk kandang tersebut ke dalam kantong waring, ikat dan masukkan ke dalam kolam budidaya.
4.      Satu hari kemudian masukkan bibit Moina 2 gram/m3 atau sekitar 3 – 4 ekor/10 ml dan Daphnia sebanyak 5 gram/m3.

C.                 Pemanenan
1.      Moina mulai dipanen pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dari pemupukan awal, sedangkan Daphnia pada hari ke-21 dan setelah itu pemanenan dapat dilakukan setiap hari selama 3 minggu sebanyak 25 gr/m3.
2.      Untuk budidaya Moina pemupukan ulang sebanyak 0,2 dosis dari pemupukan pertama dapat dilakukan pada hari ke-4 setelah pemupukan awal. Sedangkan pada budidaya Daphnia, pemupukan ulang dilakukan sebanyak 0,5 dosis seminggu setelah pemupukan awal.Pada budidaya Moina untuk menjamin penyediaan pakan alami secara terus menerus diperlukan paling sedikit 3 buah kolam.
3.      Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai pada hari ke empat dari pelaksanaan budidaya kolam ke-1. Sedangkan budidaya kolam ke-3 dimulai pada hari ke empat setelah pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai. Dengan demikian pemanenan Moina dapat dilakukan setiap hari secara terus-menerus, mulai hari ke-7 sampai hari ke10, sebanyak 200–400 gr/m3 air.Untuk mendapatkan Daphnia setiap hari diperlukan 2 buah kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dilakukan pada hari ke-20 setelah pelaksanaan budidaya pada kolam ke-1.








PENUTUP
4.1              Kesimpulan
Pakan alami adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Pkan almi biasanya adalah oeganisme yang menghuni perairan seperti rawa, kolam, sungai situ, danau dan lain lain. Pakan alami makin banyak jenisnya mulai dari plangton, hewan kecil, serangga, larva serangga, larva ikan dan lain lain. Pakan alami bisa di dapat dengan jalan budidaya maupun mengangkap di alam. Hasil tangkapan pakan alami dari alam sangat bergantung denga musim dan kualitasnya sangat beragam. Karena itulah pakan alami perlu di budidayakan.
Pakan alami sangat dibutuhkan dunia pembenihan karena pakan alami dapat bergerak aktif dan sehingga mengundang larva ikan untuk memakannya. Pada larva, setelah kuning telur habis perlu diberikan tambahan pakan supaya larva tetap mendapat asupan nutrisi. Masalah yang dihadapi adalah larva belum biasa mendapatkan pakan dan bukaan mulut larva masih sangat kecil. Gerakan yang dibuat pakan alami (contohnya : inforia, Dapnia, Artemia) akan merangsang larva memakannya dan ukurannya yang kecil cocok dengan bukaan mulut larva.
Jenis-jenis makanan alami yang dimakan ikan sangat beragam, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Beberapa jenis pakan alami yangdibudidayakan adalah :


a)      Chlorella.
b)      Tetraselmis.
c)      Dunaliella.
d)     Diatomae.
e)      Spirulina.
f)       Brachionus.
g)      Artemia.
h)      Infusoria.
i)        Kutu Air.
j)        Jentik-jentik Nyamuk.
k)      Cacing Tubifex/CacingRambut.
l)        Ulat Hongkong.






DAFTAR PUSTAKA

Chumaidi dan Djajadireja, 1982. Kultur Massal Daphnia sp.di Dalam Kolam Dengan Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Bull. Pen.PD.1.3(2) : 17 – 20.
Chumaidi et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang
Puslitbangkan PHP\KAN\PT\12\Rep\1990. Jakarta
Darti,S., Darmanto, dan Adisha. 2000 Laporan Akhir Hasil Pengkajian Budidaya Pakan Alami untuk Benih Ikan Ekonomis Penting. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Lingga, P. dan H. Susanto. 1989. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta Hal. 17- 24.
Suprayitno, SH. 1986. Kultur Makanan Alami. Direktorat Jendral Perikanan dan
International Development Research Centre. INFIS Manual Seri no.34.35 pp of GiantGouramy Larvae in Chorn Lim (eds) Fish ang feed Technology research inIndonesia- RIFCA. Ministry of Agriculture Indonesia. P. 107 – 112